Saat awal terbentuknya Kerajaan Suwawa-Bone-Bintauna, wilayah
Bintauna terdiri dua bagian, bagian utara merupakan wilayah pantai dan bagian selatan
adalah daerah pedalaman, dinamai dengan sebutan Bintauna Suwawa. Bagian utara
Bintauna,masyarakatnya masih belum beragama sedangkan Bintauna bagian selatan
umumnya sudah menganut agama islam. Masyarakat Bintauna bagian utara mengakui
adanya kerajaan Suwawa,Bone dan Bintauna. Namun seiring waktu berjalan, masyarakat
Bintauna di bagian utara sudah banyak yang menganut agama Kristen, mereka
inginkan pemimpin Kristen dan memisahkan
diri dari Bintauna Selatan/Bintauna Suwawa. Bintauna Utara kemudian membuat
kontrak politik dengan penguasa VOC pada tanggal 5 Agustus 1769. Jogugu Salmon Datunsolang
yang beragama Kristen menjadi penguasa
(jabatan Reagent) di Bintauna Utara.
Pada tahun yang sama 4 November 1769 VOC membuat perjanjian dengan Raja
Gorontalo Iskandar Monoarfa mengenai kedudukan Bintauna Suwawa.
Ketika Bintauna belum terpisah terdapat nama raja berkuasa yaitu : Ratu Tendeno berkuasa sekitar awal 1700-an, kemudian berturut turut diperintah oleh Raja Bauda, Talue Daa dan Talue Kiki. Sekitar tahun 1755-1759 ada Ratu Manila berkuasa atas Bintauna Gorontalo yang berkedudukan di Bone. Raja Gorontalo Iskandar Monoarfa merangkap jadi Raja Suwawa-Bone-Bintauna. Berikut data raja yg berkuasa dikerajaan Suwawa-Bone-Bintauna pasca perjanjian dengan VOC tahun 1769.
1. Raja Iskandar Monoarfa ( merangkap Raja Gorontalo 1757-1777)
2. Raja Zain Bohinga
3. RajaWolango
4. Raja Pulumodoing
5. Raja Humungo (sampai 1839)
6. Raja Wartabone (1839-1856)
7. Raja Ruchban (1856-1859)
8. Raja Abdul Latif Tangahu (1859, jadi Raja Bone 1864-1870)
Kerajaan Suwawa-Bone-Bintauna
berakhir di era berkuasanya raja Abdul
Latief Tangahu, berdasarkan keputusan
pemerintah Hindia Belanda Blesit 4
September 1864 No 17 dengan mengubahnya
menjadi Distrik Bone, dipimpin seorang dengan gelar Marsaoleh .
Kedudukan Suwawa dan Bintauna Suwawa menjadi oderdistrik (distrik bawah),
pemimpinnya bergelar Walaopulu.