Friday, October 9, 2020

Istilah Hulontalo dan Goenong Tello


Suku Suwawa biasa datang ke pantai Gorontalo untuk berdagang. Di sini mereka menunggu barang barang yang mereka butuhkan untuk dibeli, lalu di awa pulang ke daerah mereka. Oleh sebab itu, mereka nai tempat itu pogulatalo yang berarti " tempat menunggu". Kemudian kata pogulatalo (gulatalo) berubah menjadi Hulontalo


Orang orang Bugis, yang mula mula datang ke Gorontalo memasuki teluk akan melihat tiga buah puncak gunung, lalu menamai negeri ini Gunung Tellu (goenong Tello) yang artinya "tiga buah gunung". Dalam bahasa Gorontalo hu'idu tihengo artinya gunung tungku, karena ketiga buah gunung itu letaknya berdekat-dekatan seperti tiga buah tungku. Gunung Tellu dalam ucapan orang Gorontalo menjadi Hulontalo

Foto pintu masuk teluk Gorontalo (1930)

Beberapa petunjuk dan nama untuk wilayah Gorontalo sekitar awal tahun 1800an memakai nama Gunung Tellu seperti nama sungai Bone sebelumnya bernama sungai Gunung Tello. Peta tahun 1842 nama teluk Tomini masih memakai nama Goenong Tello.



Dinasti Wartabone di masa lampau

Raja Wartabone alias La Bunue pernah berkuasa di Kerajaan Konfederasi Suwawa-Bone- Bintauna memerintah tahun 1830-1849.

La Iboerahima Wartabone alias Talibu atau Teibu adalah anak tertua dari Raja Wartabone. Pertengahan  tahun 1800-an La Iboerahima merantau ke pulau Una-Una. Di pulau tersebut adalah awal La Iboerahima menjadi seorang penyebar agama islam. Beliau kemudian pindah tempat di wilayah daerah  palu  melanjutkan dakwahnya. Wafat pada tahun 1897 di desa Potoya Kabupaten Sigi, SULTENG.

Selain itu ada putra dari Raja Wartabone yang pernah menjabat Walaapulu yaitu Nuku Wartabone. Nuku Wartabone memiliki anak bernama Zakaria Wartabone, pernah menjabat Walaapulu Tapa. Kemudian diangkat menjadi Marsaoleh Bone-Suwawa, terakhir menjabat sebagai Jogugu Suwawa.

Jogugu Zakaria Wartabone


Ayuba Wartabone dan Nani Wartabone anak dari Jogugu Zakaria Wartabone yang pernah menduduki jabatan di pemerintahan.

Ayuba Wartabone pada era pemerintahan Hindia Belanda pernah menjadi Marsaoleh dan Jogugu Limboto. Awal Kemerdekaan Indonesia, Ayuba Wartabone menduduki jabatan Kepala Daerah Sulawesi Utara tahun 1950an. Salah satu anak dari Ayuba Wartabone yaitu Suus Wartabone kawin dengan Boe Taki Niode yang nantinya menjadi walikota Gorontalo.

Nani Wartabone tokoh 23 Januari 1942. Tahun 1957 Beliau membentuk "Pasukan Rimba" melawan  pemberontakan PERMESTA. Nani Wartabone pernah menjabat Residen Koordinator Sulawesi Utara.