Saturday, January 20, 2024

Kisah Mopangga, Ta To Amarale

Dahulu kala di Gorontalo, ada seorang bangsawan yang diangkat menjadi patih/jegugu bernama Mopangga. Lantas hingga saat ini turun temurunnya sdh menggunakan namanya itu sebagai nama marga. Lanjut kisah ini, ada pula salah seorang saudaranya dinobatkan menjadi Sultan atau raja yang memimpin di kesultanan Limboto. Kini nama bawaan lahir sang sultan pun sudah digunakan menjadi nama belakang atau disebut sebagai nama marga.
Setelah menjabat sebagi jegugu, Mopangga banyak menghabiskan masa-masa kehidupannya di dalam sebuah pemerintahan untuk membangun Paguato dan sekitarnya (Termasuk Tilamuta skrg). Semasa pemerintahannya yang notabene masih dlm kategori zaman kekunoan, Jegugu Mopangga sempat memperoleh gelar dari pengurus besar kaula adat dan juga pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu. Hal itu dianugerahkan kepadanya oleh karena beliau dianggap pemimpin yang sukses di dalam karir politiknya. Yaitu turut mendampingi Sultan Limboto bernama Naki untuk mengantarkan Tilamuta menjadi pusat pemerintahan baru, sekaligus melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah kesultanan Limboto. Sebelum mangkat, beliau memperoleh sebuah cinci berwarna hijau sebagai tanda jasa. Oleh sebab itu pada saat pesta penganugerahan gelar adat (Pulanga) pada dirinya, Mopangga diberi gelar "Tato Amarale". Arti kiasannya ialah, Pemimpin yang diberi tanda berpermata Emeral, atas jasa jasanya ketika berkuasa ia mampu membawa rakyatnya selalu hidup dalam kedamaian.


Sumber ceritera:
1. Disertasi Prof. DR, Samin Radjik Nur, SH.
2. Manuskrip keturunan keluarga kerajaan Bulango.
3.Postingan Maman Ntoma