Saturday, November 13, 2021

Cerita dari Desa Bulila

    Desa Bulila termasuk wilayah administrasi Kecamatan Talaga. Dalam catatan Hindia Belanda tahun 1893, Distrik Talaga memiliki 9 Kampung Besar yaitu Bulila, Hutadaa, Hulawa, Luwoo, Ulapato, Tuladenggi, Pentadio, Dumati dan Lemingo.

Peta tahun 1897

    Saat itu Desa Bulila wilayahnya sampai di pesisir danau Limboto, peta tahun 1895 dari buku laporan GWC Baron Van Hoevel tercantum Pasar Bulila, kampung Hutadaa dan Buhu, juga tercantum pasar Dehualolo yang saat itu sebagai pasar terapung dipinggiran danau Limboto.

Cerita rakyat tentang Pasar Bulila, bahwa suatu ketika raja Hunginaa Lotalaga datang di suatu tempat (Hutadaa) yang sudah ditunggu oleh masyarakat untuk menyambutnya. Raja Hunginaa bertanya pada orang tentang rumput yang tumbuh subur disitu, mereka menjawab rumput ini namanya buli bulili. Raja itu kemudian bersabda bersihkan rumput ini kemudian dirikan tangga yang memakai kajang (tanggubu) sekedar melindungi panas matahari dan beri nama pasar ini, PASAR BULILA.

Saat ini Pasar Bulila sudah dibongkar dan telah berubah jadi pasar modern Pasar Agro Ekowisata, beralamat Desa Hutadaa kecamatan Talaga Jaya. Dan disekitar pasar lama Bulila yang lokasi pernah digunakan untuk tambatan perahu telah diubah menjadi tempat wisata EMBUNG HUTADAA.


Ada hal yang menarik, sekitar 200 meter dari lokasi bekas Pasar Bulila terdapat masjid namanya Masjid" Al Bahri Nur" Bulila dibangun tahun 2000 dan lokasinya menandakan berada di desa Bulila sebelum ada pemekaran desa. Ada juga Masjid yang terletak di lokasi terminal lama Talaga, Masjid Ar Rahman berdiri sejak tahun 1885. Di kompleks masjid ini terdapat beberapa makam tua diantaranya Makam Ta Tosurambe, makam dari Marsaoleh Moesa Kaluku kepala Distrik Talaga tahun 1880an

Makam Moesa Kaloekoe