Penangkapan dan Pengasingan Raja Bia Ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan bukan berarti Kerajaan di Gorontalo sepenuhnya bisa dikendalikan oleh VOC. Pejabat Bangsawan di Kerajaan Gorontalo dan Limboto tidak kooperatif dengan VOC dalam hal kegiatan perdagangan karena tidak menguntungkan secara Ekonomi. Pejabat bangsawan lebih suka bertransaksi dalam perdagangan dengan pelaut Bugis dan Mandar. Bagi pihak VOC Belanda, sebutan pelaut Bugis dan Mandar sebagai “Perampok dan Bajak laut “, akibat aktifitas orang Bugis dan Mandar di perairan Teluk Tomini pihak VOC merasa dirugikan. Tahun 1702 utusan VOC menghadap Raja Gorontalo Walangadi membicarakan keberadaan pelaut bugis dan mandar yang diketahui telah memiliki sarang pertahanan di wilayah pantai Teluk Tomini. Raja Gorontalo tidak bisa mengatasi keberadaan pelaut bugis ini. Utusan VOC kembali ke Ternate dan menghadap Gubernur Maluku, dari hasil laporan utusan VOC itu pihak VOC memutuskan segera menggempur sarang pertahanan “Perompak Bugis dan Mandar”. Sekitar Januari 1703 pasukan armada laut VOC dibantu warga Tambokan menggempur sarang-sarang pertahanan pelaut bugis dan mandar. Tambokan merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate yang terikat dengan perjanjian dengan VOC. Gempuran VOC ini berhasil mengusir mereka dari perairan Gorontalo.
Peta tahun 1700 Indonesia TimurPara bangsawan Gorontalo dan Limboto yang antipati pada VOC yang mana daerah mereka mengalami kerusakan atas penyerangan VOC, segera melampiaskan kepada orang orang Tambokan. Mereka menangkapi 16 orang Tambokan dan dijadikan budak. Raja Gorontalo dan Raja Limboto pada tanggal 30 November 1705 membuat pernyataan bersama; “mengancam akan membunuh siapapun yang tidak bayar upeti”. Gubernur Maluku menggangap ini sebagai masalah serius ,Sultan Ternate diajak oleh VOC untuk mengatasi situasi politik di Gorontalo. Namun usaha ini sia sia, dan salah satu cara untuk mengatasi hal ini VOC memutuskan memulangkan kembali bekas Raja Gorontalo Bia dari pengasingannya dari Afrika Selatan pada tahun 1706. Dengan harapan bahwa kepulangan eks Raja Gorontalo mampu meredam perlawanan elit bansawan terhadap VOC. Dan cara yang dipakai VOC ini berhasil, untuk sementara waktu situasi di perairan Teluk Tomini aman dan terkendali.
Catatan*
Sepanjang abad 17-19 pihak kompeni Belanda masih saja berusan dengan masalah keamanan di perairan Teluk Tomini. Pejabat bangsawan di Gorontalo tetap berhubungan dagang secara illegal dengan pelaut bugis, terutama ditemukannya emas di wilayah Gorontalo. Akibatnya pemasukan pajak untuk Pemerintah Kolonial Belanda tidak maksimal.
Sumber:
Buku Limo Lo Pahalaa, Sejarah Kerajaan Gorontalo
No comments:
Post a Comment