Sejarah berdirinya organisasi islam Muhamadiyah tidak terlepas dari sosok seorang ulama bernama KH Ahmad Dahlan. Berdiri sejak 18 November 1912 di Yogyakarta, Muhammadiyah lebih fokus ke masalah dakwah dan pendidikan. Tahun 1938 Muhammadiyah telah melebarkan organisasinya ke wilayah Indonesia. Khusus di Sulawesi Utara, organisasi Muhammadiyah pertama kali terbentuk pada tahun 1928 di Sangir Talaud. Tahun 1929 Muhammadiyah hadir di Gorontalo dan perkembangan selanjutnya tahun 1930 telah menyebar ke Manado dan wilayah Sulawesi Tengah
Awal berdirinya Organisasi Muhammadiyah di Gorontalo di perkenalkan oleh Yusuf Otoluwa, lulusan dari Kweekschool Jogjakarta. Hingga terbentuklah kepengurusan cabang Muhamadiyah di Gorontalo pada tanggal 9 September 1929 yang dilaksanakan di gedung bioskop Fortuna (Bioskop Murni), sebagai ketuanya adalah Tom Olii dan wakil ketua adalah Yusuf Otoluwa.
Foto Tom Olii
Mengenal sosok tokoh Muhamadiyah Tom Olii, ia bangsawan dan cucu dari Raja Limboto Iskandar Olii. Sebagai cucu dari Raja Limboto, ia berpeluang menduduki jabatan Jogugu atau setingkat Bupati, namun ia memilih mengabdi di organisasi Muhammadiyah. Tidak tanggung tangung semua harta dan warisan yang diperolehnya disumbangkan untuk kegiatan yang berkaitan dengan Organisasi Muhamadiyah. Ketika ia menjadi Konsul Wilayah Muhammadiyah Celebes Utara (kepemimpinan setingkat Ketua Wilayah) organisasi Muhammadiyah berkebang maju, hampir semua wilayah seperti Minahasa, Mando, Bolaang Mongondow dan wilayah Sulawesi Tengah telah terbentuk kepengurusan Muhammadiyah dan fasilitas Pendidikan Muhammadiyah.
Tom Olii (tanda xx) bersama Pengurus Organisasi Muhammadiyah tahun 1929
Ada kisah pada masa kepemimpinannya sekitar tahun 1932, saat perayaan Idhul adha di Masjid Jami Kota Gorontalo dan sekaligus diselengarakan acara rapat raksasa. Acara ini menghadirkan beberapa mubalig untuk berpidato di halaman Masjid Jami Kota Gorontalo. Ketika salah seorang mubalig sedang berpidato, tiba tiba inspektur polisi Bekker segera menghentikan pidatonya karena menurut dia isi pidato itu provokatif. Karena insiden ini, beberapa orang menyerang polisi keamanan, Tom Olii sebagai pimpinan acara bersama dengan Jogugu Gorontalo Rais Monoarfa segera turun tangan untuk meredam kemarahan warga.
Selain aktif di organisasi Muhamadiyah, Tom Olii juga aktif di bidang Politik. Menjelang Kemerdekaan Indonesia Tom Olii pernah duduk di Panitia Persiapan Kemerdekaa Indonesia (PPKI) Sulawesi utara dan tengah tahun 1945. Pasca kemerdekaan Indonesia Tom Olii pernah menjadi anggota dewan khusus Negara Indonesia Timur (NIT) pada tahun 1949.