MOLAHULI
Setelah sang olongiya menerima gelar ta’uwa, maka para petinggi adat dan para tua-tua melaksanakan prosesi yang disebut molahuli (memberi nasehat, mengungkapkan harapan dan peringatan). Isi dari pesan-pesan tersebut pada pokoknya dimaksudkan agar sang ta’uwa yang baru dilantik ini benar-benar menjalankan kekuasaannya sebagai abdi penyandang beban amanah dari Allah SWT. Berikut ini beberapa tahuli (pesan-pesan) yang penting.
Menjaga harkat dan martabat:
Mbu’i bungale pulu
Wuwa’atiyo tilombulu
Batangiyo taa pulu
Hungaliyo tilombulu
Tuan turunan bangsawan
Asal usul orang keramat
Titisan para pangeran
Anaknya kini dijunjung
Menjaga kerukunan rumah tangga:
Dile U dile-dileto
Diludupo duleheto
Bolo ngango molahopo
Mo’o bu’a tomeleto
Istri yang dimanja-manja
Hilangkan kecurigaan
Jikalau mulut berucap salah
Akan terjadi perselisihan/perceraian
Pemimpin menyandang amanah Allah:
Timihupo to madala
To talohu to hulala
To po badari to Allah
To Azza Wajala
Wolo Nabi Mursala
Mo’o piyo to Allah
To’u mo’opiyo to Allah
Bolo du’a de Allah
Umuru Sejahtera
Pimpinlah negeri
Dengan arif dan bijaksana
Sesuai yang digariskan Allah
(yang digariskan Allah) Azza Wajala
Dan (ketentuan dari para) nabi yang suci dan benar
(Bekerja) demi kebaikan Allah
Agar baik di mata Allah
Berdoalah (selalu) kepada Allah
(agar) panjang umur dan sejahtera
Kepemimpinan yang rajin dan tulus:
Olohulo layito
To utiya to uwito
Pulanga pali-palito
U mopiyo to didipo
Bo hale motideto
Rajinlah selalu
Berbuat ini dan itu
Gelar sudah menyelimuti(mu)
Yang terbaik dalam hidup
Hanya hati ikhlas dan tulus
Menaati peraturan:
Donggo ito taa ta’uwa
Lipu hu’a aturuwa
Maa dila li’u-li’uwa
Wonu bolo o li’uwa
Wu’udio opuluwa
Selagi Tuan menjadi ta’uwa
Negeri segeralah diatur
Jangan diselewengkan
Jika terselewengkan
Aturan tegakkanlah
Tegas dalam keputusan/tindakan:
Ami tiyombu tumudu
Hiwolata lo’ wu’udu
Wonu motihuludu
To’olauto tumudu
Kami nenek/kakek penjaga aturan
Mempertahankan kaidah
Jika (kami) membangkang
Tuanlah yang menghakimi
Menjaga diri dari ucapan tercela:
To bandla muliya
Ito ma lo tahuliya
To lipu duluwo botiya
Leule elehiyo
Bolo ilo ilo lo’iya
Lo’iya u dila opiyo
To daata u manusia
Cucunda yang mulia
Kita sudah saling mengikat janji
Di kedua negeri ini
Sekali-kali janganlah
(Janganlah) berkata-kata
Kata-kata yang tidak terpuji
Kepada banyak orang
Kepedulian akan kesejahteraan rakyat:
Ami tiyombu tanggapa
Hepipide Hewalata
Tomobohimu palata
O lale lo huwa data
Dahayi hulalata
Tunggulo u ilomata
Wu’udiyo bubulata
To bandla wombu ilata
Kami kakek/ nenek mengawasi
Semua siap siaga
Mengatasi kesulitan
(demi) kepentingan rakyat jelata
Rawatlah kesejahteraan (rakyat)
Sampai ada karya nyata
Tetapkan norma dan aturan
Bagi anak cucu tercinta
Kedelapan tuja’i tersebut adalah harapan masyarakat (ulipu) agar sang pemimpin atau penguasa menjalankan tugasnya sebgai khalifah pemimpin rakyat dan pemimpin umat yang benar-benar penyandang Amanah Allah, dan menjaga gelar itu sampai pada akhir hayatnya, sehingga gara’i (gelar adat yang diberikan kepada orang yang sudah mangkat) akan lebih tinggi nilainya dari pulanga yang dimiliki semasa hidup, atau sekurang-kurangnya sama derajatnya. Pemimpin mesti dapat meniru bulewe (pokok pinang) seperti pesan para tetua; Donggo hu’u-hu’umo sambe wonu, to’u lo ngo’abu lebe ma’o wonu liyo, tunggulo u maa lo lolante debo wonu-wonu. Artinya; sebelum mekar sangat harum, setelah mekar lebih semerbak harumnya, bahkan ketika dia layu pun tetap harum dimana-mana.
(Sumber: Mo'odelo, 2006, Penerbit: Pustaka Gorontalo, karya
Medi Botutihe, kolaborasi dengan Farha Daulima & Elnino)
Foto : Beberapa di antara banyak buku yang pernah ditulis oleh Medi Botutihe, juga beberapa buku tentang Medi Botutihe.
Elnino M Husein Mohi