Awalnya bangsa
Bolango mendiami pulau Batang Dua yang letaknya di Laut Maluku
Propinsi Maluku Utara. Mereka menyeberang kearah barat dan tiba di pulau
Lembeh. Di Pulau ini orang Bolango membuat permukiman. Menurut tradisi lisan
menyebutkan pemimpin pertama Suku Bolango yang menetap di pulau Lembeh adalah
Wintuwintu, itu terjadi sekitar tahun 1335.
Peta perpindahan Suku Bolango dari Pulau Batang Dua ke Pulau Lembeh
Karya tulis DR.J Riedel tahun 1870, menyebut orang Bolango sebagai
orang berkulit gelap dan berambut
keriting. Dokumen diabad ke-17 dan 18 penamaan Bolango adalah
Boelangse,Boelanga,Boelangers, Balongers, Bolonga atau Bolonga. Menurut DR.J.Riedel Suku Bolango yang kebiasaannya suka
mengembara, dibawah pempinan Wintuwintu
melakukan perjalanan pengembaraannya dari pulau Lembeh ke Tonsea Lama (Minahasa).
Orang Bolango tak lama bermukim di
Tonsea Lama karena sering terjadi konflik dengan penduduk setempat. Pengembaraan
mereka menyusuri perairan sulawesi bagian utara; melayari ke Pulau Bangka, Manado Tua kemudian menyusuri perairan Tombariri dan terus berlayar menuju arah barat hingga tiba di muara Lombagin
yang terletak diwilayah pantai utara Bolaang Mongondow. Suku Bolango lama
menetap di Lombagin. Menurut tradisi lisan menyebutkan Wintu Wintu kembali ke
Pulau Lembeh sampai akhir hayatnya.
Seiring perjalanan waktu Pulau Lembeh mulai
dipadati orang Bolango, untuk kedua kalinya mereka mulai mengembara ke Tonsea Lama,
selanjutnya melayari pantai selatan Sulawesi Utara dan menyinggahi Buyat
–Kotabunan –Pinolosian-Molibagu. Orang Bolango sempat bermukim di Molibagu,
mereka menyebut tempat ini “buta dillata” atau “buta dirlata” yang artinya
tanah yang dijilati.Ucapan ini berasal dari seorang pimpinan Suku Bolango
bernama Putri Daopeyago. Ia mengucapkan ikrar,tanah yang dijilati tersebut
suatu saat akan menjadi tempat tinggal orang Bolango. Tak lama mereka berada di
Lembah Molibagu, melanjutkan perjalanan kearah barat hingga sampai dipegunungan
Tolutu dan mendirikan perkampungan, mereka menamai daerah ini dengan sebutan
‘lipu lagido” .Orang Gorontalo menyebut tempat itu dengan sebutan “Tinempah”. Dibawah
pimpinan Posuma untuk pertama kalinya,
orang Bolango tiba di wilayah Gorontalo (Suwawa). Ketika Raja Posumah meninggal sekitar tahun 1425, ia
digantikan oleh Ratu Tithingiyo. Dari Dokumen sejarah menyebutkan Ratu Tithingiyo
adalah salah satu pemimpin enam kerajaan
(Suwawa-LimBoto-Gorontalo-Atinggola-Bintauna-Bolango) dalam usaha mendamaikan
perselisihan antara Limboto dan Gorontalo, perjanjian damai yang disepakati itu
dikenal dengan sebutan ”U Tuwawu Duluwo Limo Pohalaa” .
Rute Pengembaraan Suku Bolango (tanda lingkar-garis merah)
Sektar tahun
1673, ketika Eyato menjadi Olongia (Raja) Gorontalo mengusulkan pada pemimpin Suku Bolango untuk menetap di daerah
Tapa. Dan mereka menyetujuinya,
permukiman Suku Bolango di Tapa pada perkebangannya menjadi Kerajaan
Bolango dan masuk dalam persekutuan Limo Lo Pohalaa yang terdiri dari Kerajaan
Gorontalo,Limboto, Atinggola,Bolango, dan Suwawa-Bone-Bintauna.
Makam Raja Hubulo (Raja Gobel)
Berikut dibawah ini Raja yang pernah berkuasa di KERAJAAN BOLANGO (TAPA-Gorontalo):
1.MOGULAINGO
2.SANGIADATU
3.HUBULO /IBRAHIM DUAWULU (1752-1772)
4.MOKOSISI (1772-1778)
5.POLINGULA
6.PULUBULAWA
7.KATILI
8.HABI/ MUHAMMAD ISKANDAR BAREN DUAWULU (sampai than
1855)
9.USMAN NURADJI TALIJABU (1855-1856)
10.HUMONGGILU (1856-1857)
11.TILAHUNGA (1857-1862)
No comments:
Post a Comment