Sunday, August 17, 2025

Kepahlawanan Raja Gorontalo

Tulisan: dr.Isman Jusuf

RAJA EYATO
Raja Gorontalo (1673-1679) dan Pejuang Kemerdekaan 

Dalam sejumlah literatur dan referensi sejarah menunjukkan bahwa daerah Gorontalo tidak pernah sepi dari gerakan patriotisme dalam melawan penjajahan. Sejumlah raja di beberapa kerajaan yang bediri di wilayah Gorontalo juga melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda, salah satu diantaranya adalah Raja Eyato.

Eyato adalah raja Gorontalo di utara yang memerintah tahun 1673-1679. Raja Eyato mencanangkan falsafah “adat bersendi Syariat, Syariat bersendi pada Al-Qur’an”. Beliau tidak mau menerima beragam hadiah dari Eropa. Beliau tetap memakai baju dan sarung (tenunan) produksi Gorontalo, juga senang memakai upia karanji

Dalam masa pemerintahannya, terjadi dua kali perlawanan terhadap VOC. Pada tahun 1673 VOC telah berkuasa secara resmi atas kerajaan Ternate. Namun penguasaan VOC atas Ternate dijadikan sebagai kesempatan oleh kerajaan Gorontalo untuk melepaskan diri dari wilayah kekuasaan Ternate. Tahun 1674 meletuslah perang antara Kerajaan Gorontalo dibawah raja Eyato melawan kerajaan Ternate yang pada saat itu diperintah oleh Sultan Kaicili Sibori, yang dibantu oleh VOC.

Perlawanan kedua terjadi pada tahun 1677, dimana Raja Eyato memimpin perlawanan rakyat dengan menghalang-halangi VOC masuk ke Gorontalo sehingga akhirnya utusan kompeni Belanda kembali ke pangkalan VOC di Ternate dan melaporkan hasil peninjauan mereka di Gorontalo bahwa
1. Utusan takut menghadapi serangan-serangan yang dilakukan oleh rakyat Gorontalo.
2. Rakyat menghalang-halangi pelayaran ke Dumoga.
3. Rakyat membakar dan melarikan perahu-perahu mereka yang berada di pantai.
4. Rakyat tidak mengizinkan awak kapal mereka turun ke darat untuk mengambil air minum.
5. Rakyat telah membuat kubu pertahanan yang kuat di pinggiran sungai Bone.
6. Rakyat mengancam akan membunuh mereka.

Dari laporan tersebut, VOC menyimpulkan bahwa rakyat Gorontalo tidak mau dijajah oleh Belanda. Raja Eyato selalu menolak dan bersikap acuh tak acuh terhadap kaum kompeni, maka VOC harus merubah siasatnya

Pada tahun 1679, Raja Eyato diajak berunding di atas kapal kompeni yang sedang berlabuh dimuara sungai Bone. Dalam perundingan itu Raja Eyato menolak semua permintaan kompeni Belanda. Pada saat itulah Raja Eyato ditangkap dan dibawa ke Ternate yang merupakan pangkalan VOC. Kemudian Raja Eyato diasingkan ke Ceylon (Srilanka) sampai wafatnya dan diberi gelar "Ta To Celongi" yang artinya orang yang di Ceylonkan.

Raja Eyato adalah pemimpin yang meninggalkan warisan hukum dan kebijakan yang mengagumkan bagi masyarakat Gorontalo. Olehnya maka beliau dianugerahi para pemangku adat Duluwo limo lo Pohalaa sebagai "Ilomata Wopato" (Empat Pemimpin dengan Karya Agung). Kedudukannya sejajar dengan tiga orang raja Gorontalo lainnya yaitu RajaWadipalapa, Raja Matoludula dan Sultan Botutihe. Untuk menghargai jasa-jasanya maka Pemerintah Gorontalo mengabadikan nama Raja Eyato sebagai salah satu nama jalan di Kota Gorontalo dan nama Museum Purbakala Provinsi Gorontalo.

Alfatehah untuk almarhum Raja Eyato 
Selamat HUT ke 80 Kemerdekaan Indonesia