ERFSLAVEN, WABAH DAN GORONTALO
Kata ini sungguh menyakitkan. Kata dalam bahasa Belanda ini cukup mencengangkan. Erfslaven jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah budak turun temurun.
Pada 1820, jumlah budak di Gorontalo berkisar 15 % dari total populasi. Hingga tahun 1860, jumlah budak sekitar 16 %. Diantara tahun itu, tahun 1858 adalah tahun terbanyak jumlah budak di Gorontalo ; 33 % dari total populasi. Diantara para budak itu, ada yang masuk kategori erfslaven.
Dalam rentang tahun 1820 - 1860, beberapa kali terjadi epidemi yang bergantian, dan yang paling banyak menjadi korban wabah adalah dari kalangan ini. Ribuan orang tewas di Gorontalo pada masa wabah melanda.